Menjaga jarak selama pandemi Covid-19 yang telah berlangsung berbulan-bulan memaksa banyak orang untuk melakukan perubahan, terutama terkait liburan. Karena berkerumun dan bepergian dalam jumlah besar sangat beresiko, maka tentu saja tidak disarankan untuk menghabiskan akhir tahun di dalam keramaian. Apabila beberapa bulan atau tahun mendatang kondisi telah kembali kondusif, tak ada salahnya untuk menjelajah alam demi melepas penat dan kejenuhan. Namun sebelum melakukannya, seorang pengajar dari University of South Wales bernama Tracie McKinney memiliki beberapa tips yang dapat diterapkan supaya kita menjadi turis yang bertanggung jawab.
Simak juga: Hobi Berwisata Menyumbang Jejak Karbon yang Signifikan, Bagaimana Menyiasatinya?
1. Selfie tanpa mengganggu satwa
Seringkali, keinginan kita untuk mengabadikan momen liburan membawa petaka bagi hewan setempat. Bahkan beberapa tempat wisata menyediakan fasilitas untuk berfoto dengan satwa liar. Sepintas, aktivitas tersebut terlihat menyenangkan. Namun di balik semua itu, banyak perlakuan terhadap hewan yang membahayakan keselamatan dan kesejahteraan para hewan.
Sebagai contoh, kukang yang diajak berfoto akan dicabut giginya demi menghadirkan rasa aman bagi para turis. Selain itu, ada pula yang memanfaatkan bayi harimau dan memperlakukannya seperti boneka yang menggemaskan. Padahal di balik itu, mereka diambil paksa dari induknya dan dijinakkan dengan cara yang tidak manusiawi. Ketika tubuh mereka mulai besar dan tidak lagi dianggap menguntungkan, maka seringkali harimau tersebut akan menjadi target perburuan untuk dimanfaatkan bagian tubuhnya.
Apabila ingin berswafoto di alam liar, pastikan tidak terlalu dekat dan tetap menjaga jarak aman dengan para hewan. Biarkan mereka untuk tetap dapat bergerak dengan bebas dan jangan sampai aktivitasmu mengganggu mereka.
Simak juga: 5 Persiapan yang Perlu Dilakukan sebelum Berlibur Bersama Hewan Peliharaan
2. Jangan memberi makan
Banyak yang beranggapan bahwa memberi hewan liar makanan yang kita miliki adalah bentuk kepedulian. Padahal, tidak semua makanan manusia cocok dengan pencernaan mereka. Secara naluriah juga mereka mampu berburu dan mencari makan sendiri tanpa intervensi dari manusia. Di samping itu, berada terlalu dekat dengan hewan liar dapat meningkatkan potensi penularan penyakit.
Perubahan perilaku pun berpotensi terjadi. Hewan liar yang terbiasa berinteraksi dengan manusia akan kehilangan naluri alamiah mereka untuk merasa takut dengan manusia. Dalam jangka panjang, mereka tak lagi ragu untuk mendatangi kawasan pemukiman warga. Ketika hal ini terjadi, maka bukan hanya keselamatan hewan tersebut yang akan terancam namun juga masyarakat yang berada di tempat tersebut.
Simak juga: Polusi Suara Konser Musik: Membahagiakan Penggemarnya, Menyengsarakan Hewan Liar
3. Memahami perilaku khas setiap hewan
Setiap spesies memiliki karakteristik perilaku masing-masing yang unik. Namun, keterbatasan pengetahuan kerap membuat masyarakat sering kali salah memahami hal ini. Ketika turis gagal memahami tanda-tanda stres yang diungkapkan melalui ekspresi wajah dan gestur, maka bukan tidak mungkin mereka akan mencakar atau menggigit.
Para peneliti dari University of Lincoln, Inggris menemukan bahwa banyak turis salah menginterpretasikan emosi hewan primata macaque. Banyak kasus di mana primata tersebut mencoba menakut-nakuti manusia yang berada di dekatnya, namun justru dianggap oleh turis sebagai senyuman atau melakukan gestur seperti akan mencium. Jadi, sebelum insiden buruk terjadi, ada baiknya mempelajari terlebih dahulu mengenai perilaku hewan lokal yang hidup di area destinasi wisata kita.
Penulis : Hilaria Arum
Editor : Glen Susanto
💖
Bolu Bubu adalah startup digital media yang mempublikasikan video menginspirasi, menyentuh dan menghibur tentang hewan peliharaan untuk menciptakan perspektif positif di masyarakat akan dunia fauna.
Klik di sini untuk subscribe channel Bolu Bubu.
Jangan lupa follow dan like Bolu Bubu di social media ya!