Pernahkah kamu mendengar permainan adu hewan? Salah satu praktik paling menyakitkan ini banyak membuat hewan terluka. Mereka dijadikan objek pertunjukkan brutal hanya untuk menghibur manusia.
Di berbagai penjuru dunia, permainan ini masih sering dipertontonkan. Contohnya, adu anjing, ikan cupang, sabung ayam dan masih banyak lagi. Beberapa diantaranya dilakukan sebagai bentuk praktik budaya, seperti kerapan sapi di Madura dan matador banteng di Spanyol.
Beberapa di antara hewan yang digunakan dalam pertarungan tersebut awalnya tidak memiliki kepribadian agresif. Namun setelah dikondisikan untuk menjadi anjing petarung, mereka pun menjadi lebih agresif dalam melindungi diri sendiri.
Permainan adu hewan melibatkan minimal dua hewan atau lebih untuk diadu dalam suatu area bertanding. Dalam konteks di beberapa budaya, terkadang juga melibatkan manusia di dalamnya.

Baca juga: Mengenal Belgian Malinois, Anjing Cerdas dan Gesit Andalan Penegak Hukum!
Manusia menganggap pertunjukkan ini sebagai hiburan, objek untuk taruhan/judi, praktik budaya, dan ada juga yang menjadikannya sebagai kegiatan olahraga.
Selama pertunjukkan berlangsung, hewan tersebut akan bertarung hingga tubuhnya terluka. Waktu yang dibutuhkan bisa berjam-jam, tergantung seberapa kuat hewan tersebut saling menyerang, dan jenis hewan apa yang dipertandingkan.
Pertunjukkan baru akan berhenti ketika salah satu hewan yang diadu tak sanggup melanjutkan permainan karena tak bisa menahan sakit di tubuhnya. Kadang-kadang, permainan baru akan berhenti ketika ada yang meninggal.
Apakah adu hewan yang menyiksa ini hanya berlangsung di area pertandingan? Sayangnya, tidak.
Hewan yang akan diadu telah dipersiapkan jauh sebelumnya. Mereka harus melewati serangkaian proses latihan yang ketat dan menyakitkan. Ditempatkan di area yang terisolasi tanpa interaksi yang hangat dengan manusia atau sesamanya hanyalah sebagian kecil dari penderitaan yang harus mereka tanggung.
Mereka akan dipakaikan rantai yang besar dan sangat kuat, lalu dipaksa untuk berlari melebihi kapasitas fisiknya. Seringkali mereka juga dipaksa menelan steroid, sejenis obat yang dapat membesarkan massa otot, serta obat lain yang bisa menstimulasi perilakunya untuk menjadi semakin agresif atau mudah teragitasi. Tujuannya untuk meningkatkan peluang hewan tersebut menang saat diadu.
Tak hanya itu saja. Para pelatih adu anjing juga kerap memotong telinga dan ekor anjing-anjing aduannya. Tindakan tersebut dilakukan untuk membatasi ruang gerak anjing lain yang menjadi lawannya agar tak dapat menyerang bagian tubuh tersebut. Padahal kehilangan ekor dapat mengganggu stabilitas dan pergerakan tubuh anjing ketika berjalan dan berlari.

Lalu, apa yang akan terjadi apabila hewan tersebut kalah atau menolak untuk bertanding di arena adu hewan?
Sebagai makhluk hidup, semua hewan memiliki naluri untuk mengelak dari situasi yang mereka tahu akan membahayakan hidup mereka. Sayangnya, ketika mereka menolak bertanding (akibat kondisi tubuh yang sedang tidak sehat atau mental yang dilanda depresi), pelatih mereka justru akan tega menyakitinya lebih keras lagi.
Dampak yang paling parah adalah munculnya kecacatan permanen dan trauma yang sulit disembuhkan. Pelatih yang kejam ini juga kadang tidak ragu untuk membunuh hewan aduannya ketika mereka dianggap tak lagi menguntungkan. Sering sekali dilaporkan oleh komunitas pecinta anjing banyaknya korban-korban adu anjing yang berakhir di penjagalan untuk dikonsumsi.
Karena terbiasa dilatih secara intensif untuk bertanding, hewan-hewan ini cenderung menjadi jauh lebih agresif dan selalu berada dalam mindset yang defensif. Selain itu, mereka juga telah terbiasa diisolasi sehingga kurang berinteraksi dengan manusia maupun sesamanya.
Akibatnya, proses penyembuhannya pun menjadi lebih sulit. Seandainya mereka selamat dari lingkungan pengadu anjing, korban-korbannya pun mengalami kesulitan untuk beradaptasi dengan lingkungan normal. Namun terdapat beberapa terapi psikologis dan metode pelatihan yang dapat dilakukan untuk membantu anjing korban industri judi/petarungan hewan beradaptasi dengan lingkungan barunya.
Baca juga: Melakukan Rehabilitasi Hewan yang Trauma
Alasan budaya atau ekonomi dari adu hewan tidak dapat membenarkan praktik kejam tersebut. Semua makhluk hidup termasuk hewan, layak untuk dilindungi dan diperlakukan dengan baik. Mereka bukanlah objek untuk memuaskan kepentingan manusia, baik itu dari segi finansial maupun hiburan.
Apa yang bisa kita lakukan untuk melindungi hak-hak hewan yang terancam menjadi korban dari judi pertarungan?
Setidaknya ada tiga hal yang dapat kita dilakukan:
- Tidak berpartisipasi dalam kegiatan judi adu hewan
- Mensuarakan kritik terhadap penyelenggara dan peserta adu hewan melalui social media atau petisi online. Tekanan sosial dari masyarakat dapat mengurangi kebebasan pelaku adu hewan untuk mengadakan ajang serupa.
- Melaporkan kepada pihak yang berwajib dan organisasi-organisasi pemerhati dan pejuang hak-hak hewan
Penulis: Hilaria Arum
Editor: Bolu Bubu
💖
Bolu Bubu adalah startup digital media yang mempublikasikan video menginspirasi, menyentuh dan menghibur tentang hewan peliharaan untuk menciptakan perspektif positif di masyarakat akan dunia fauna.
Klik di sini untuk subscribe channel Bolu Bubu.
Jangan lupa follow dan like Bolu Bubu di social media ya!