Sama seperti manusia, hewan juga memerlukan kontrasepsi untuk mengontrol jumlah kelahiran tanpa harus membunuhnya. Cara ini sudah biasa diterapkan pada hewan domestik seperti kucing dan anjing. Namun, apakah hewan liar juga memerlukan hal yang sama?
Simak juga: Mengapa Kita Harus Menyelamatkan Hewan yang Terancam Punah?
Ketika kelahiran hewan tidak dikontrol, maka kemungkinan terjadi overpopulasi akan meningkat. Jika jumlah suatu spesies hewan terlalu banyak, maka keseimbangan alam sekitar dan siklus rantai makanan akan terganggu. Alam yang tidak lagi berfungsi dengan baik tentu saja membawa bencana bagi siapapun yang hidup di dalamnya, tak terkecuali manusia.
Kontrasepsi untuk hewan liar adalah metode yang paling manusiawi karena nyaris tidak membuat mereka menderita. Dibandingkan dengan membunuh, meracun, atau mengembangbiakan penyakit, cara ini jauh lebih baik dan resiko yang ditimbulkan pun relatif kecil.
Sayangnya, pemberian kontrasepsi untuk hewan liar tidak sesederhana pada hewan domestik. Berbagai hambatan yang terjadi saat mengambil sample dan melakukan uji coba membuat praktik ini sulit dilakukan secara maksimal. Selain itu, perbedaan struktur anatomi tubuh setiap hewan membuatnya tidak mungkin menciptakan satu jenis kontrasepsi untuk diaplikasikan ke seluruh spesies hewan.
Simak juga: Benarkah Predator Liar Membantu Menjaga Keseimbangan Alam?
Ada beberapa parameter yang digunakan untuk mengukur efektivitas kontrasepsi untuk hewan liar. Pertama, alat kontrasepsi tidak boleh memberi efek buruk pada fisiologis dan perilaku hewan. Seperti cacat fisik atau perubahan perilaku menjadi agresif.
Kedua, infertilitas individu yang menggunakan kontrasepsi harus secara efektif berlaku seumur hidup dalam satu kali pemasangan. Ketiga, tidak boleh membahayakan kesehatan satwa yang sedang hamil atau menyusui. Terakhir, harganya harus terjangkau dan tetap bisa berfungsi dengan baik sekalipun terjadi perubahan kondisi lingkungan.
Terbatasnya sumber daya yang dimiliki peneliti mengakibatkan belum ada kontrasepsi yang mampu secara akurat memenuhi seluruh parameter tersebut. Namun setidaknya, ada beberapa metode yang dapat menjadi alternatif dengan resiko seminimal mungkin.
Metode yang paling umum dilakukan adalah sterilisasi permanen dengan cara mengambil ovarium dan uterus hewan betina. Cara ini 100% dapat mencegah terjadinya kehamilan.
Simak juga: Membangkitkan Hewan Punah: Apakah Diperlukan dan Bijak untuk Dilakukan?
Namun, mamalia berukuran besar memiliki resiko komplikasi yang lebih besar ketika harus menjalani prosedur operasi. Oleh sebab itu, hewan seperti gajah, jerapah, dan kuda nil tidak disarankan menggunakan metode ini.
Selain itu, sterilisasi dapat menimbulkan dampak yang serius apabila diterapkan pada hewan jantan. Resiko utama yang mungkin terjadi adalah memicu perilaku agresif. Apabila dibiarkan, agresivitas hewan dapat membahayakan populasi di sekitarnya.
Selain sterilisasi, cara lain yang dapat dilakukan adalah menyuntikkan hormon sintetis untuk mengikat reseptor hormon endogen. Hormon ini bekerja dengan cara mengganggu siklus ovulasi pada hewan betina dan proses pembelahan sperma pada hewan jantan. Contohnya, injeksi hormon progestins dan GnRH tergolong sangat efektif untuk semua jenis hewan, kecuali kuda nil dan famili Equidae seperti kuda dan zebra.
Injeksi hormon tergolong sebagai jenis kontrasepsi yang tidak permanen. Hewan dapat kembali memiliki keturunan ketika efek hormonalnya hilang. Namun dengan penggunaan jangka panjang, hewan tersebut memiliki kemungkinan untuk menjadi infertil seumur hidup. Dampak penggunaan suntik hormon ini adalah menurunnya tingkat agresivitas serta mengontrol naluri seksual hewan.
Metode yang ketiga adalah memanfaatkan sistem imun hewan untuk mencegah reproduksi. Percobaan pada kuda liar, rusa, gajah afrika, dan bison menunjukkan hasil bahwa metode ini cocok untuk spesies tersebut.
Namun, metode ini memiliki angka kegagalan tertinggi dibandingkan dengan dua metode sebelumnya. Meski begitu, para peneliti tak akan menyerah dalam melakukan penelitian supaya metode alternatif ini menjadi lebih efektif.
Terlepas dari semua kesulitan yang muncul, isu ini ternyata mampu membuat masyarakat lebih sadar bahwa kesejahteraan mereka pun perlu diperhatikan. Sama seperti hewan peliharaan, hewan liar juga layak untuk hidup dengan baik. Dengan menjaga hidup mereka, maka kelestarian ekosistem pun dapat terjaga.
Penulis: Hilaria Arum
Editor: Glen Susanto
Video Editor: Gerry Intan Darajati
💖
Bolu Bubu adalah startup digital media yang mempublikasikan video menginspirasi, menyentuh dan menghibur tentang hewan peliharaan untuk menciptakan perspektif positif di masyarakat akan dunia fauna.
Klik di sini untuk subscribe channel Bolu Bubu.
Jangan lupa follow dan like Bolu Bubu di social media ya!