Dalam studi yang dipublikasikan di Journal of Heredity, peneliti dari Kebun Binatang San Diego menemukan kasus partenogenesis pada burung kondor California, yaitu suatu bentuk reproduksi di mana telur dapat menjadi embrio tanpa sperma.
“Temuan ini memantik pertanyaan tentang apakah partenogenesis terjadi lebih sering pada burung daripada yang kita sadari sebelumnya,” ungkap Oliver Ryder, rekan penulis studi dan direktur genetika konservasi di San Diego Zoo Wildlife Alliance, kepada The Washington Post.
Burung kondor California adalah burung terbesar di Amerika Utara dengan rentang sayap sepanjang 3 meter. Mereka mampu terbang hingga nyaris 4,6 kilometer di atas tanah dan meluncur dalam jarak jauh tanpa mengepakkan sayapnya. Pada tahun 1982, spesies ini nyaris punah dengan jumlah populasi yang menurun drastis hingga hanya 22 ekor. Penyebabnya berbagai macam, mulai dari perburuan hingga keracunan pada hewan lain yang bangkainya dimakan kondor. Selain itu, banyak pula kondor yang mati karena menabrak kabel listrik dan mengonsumsi produk manusia yang tidak seharusnya.
Program konservasi untuk menyelamatkan populasi kondor pun dimulai pada tahun 80-an. Hasilnya, populasi kondor California menembus 500 individu pada tahun 2020. Meski begitu, spesies ini tetap masuk dalam daftar satwa yang dilindungi di bawah Undang-Undang Spesies Terancam Punah di Amerika Serikat.
Simak juga: Warna Hitam dan Putih pada Tubuh Panda Membantu Mereka Berkamuflase dan Berkomunikasi
Sebagai upaya untuk mencegah perkembangbiakan dari dua individu yang memiliki kekerabatan dekat, sekaligus guna mengidentifikasi jenis kelamin, Ryder dan koleganya mengambil dan meneliti DNA mereka. Saat memeriksa basis data yang berisi profil genetik setiap kondor yang lahir sejak upaya pemulihan populasi bertahun-tahun lalu, Ryder dan rekannya menemukan sesuatu yang tidak terduga.
Terdapat dua ekor kondor yang diketahui secara biologis tidak memiliki ayah (induk jantan). Lahir dari dua induk yang berbeda dalam selang waktu beberapa tahun, anak-anak burung ini hanya membawa genetik induk betina mereka tanpa adanya gen yang cocok dengan salah satu burung jantan dalam basis data. “Kami menetapkan tidak ada pejantan yang bisa menjadi induk dari anak-anak ini. Anak-anak burung itu juga secara genetik seragam, mereka hanya memiliki gen dari induk betina mereka.”
Selain itu, ibu dari anak ayam tanpa ayah ini telah ditempatkan secara teratur di tempat yang sama dengan kondor jantan yang subur. Kondisi ini membuat mereka menjadi contoh pertama dari burung yang bereproduksi secara partenogenis sekalipun mereka memiliki akses untuk bereproduksi bersama pasangan. Ryder menekankan, induk dari kedua anak tersebut sebelumnya sudah pernah bereproduksi dengan jantan sehingga secara teknis mereka bukan perawan.
Simak juga: Zat Aditif dalam Plastik dapat Mengecoh Kepiting dengan Menganggapnya sebagai Makanan
Menurut studi tersebut, kedua anak burung itu sudah mati. Salah satunya mati tahun 2003 dalam usia dua tahun karena buruknya integrasi dengan burung liar dan konsumsi makanan yang tidak baik. Sedangkan yang lainnya mati tahun 2017 akibat komplikasi dari cedera kaki.
Ryder mengatakan, penemuan ini menimbulkan pertanyaan lebih jauh mengenai apakah partenogenesis terjadi karena populasi kondor pernah menyusut hingga jumlah yang sangat rendah. Namun, itu hanya salah satu kemungkinan dan penelitian lebih lanjut perlu dilakukan. “Alam terus mengajari kita,” kata Ryder. “Kami pikir kami memahami sesuatu. Kemudian Anda membuat temuan seperti ini dan dunia terlihat berbeda sejak saat itu.”
Simak juga: Sapi Dapat Dilatih Menggunakan “Toilet” untuk Mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca
Penulis : Hilaria Arum
Editor : Bolu Bubu
💖
Bolu Bubu adalah startup digital media yang mempublikasikan video menginspirasi, menyentuh dan menghibur tentang hewan peliharaan untuk menciptakan perspektif positif di masyarakat akan dunia fauna.
Klik di sini untuk subscribe channel Bolu Bubu.
Jangan lupa follow dan like Bolu Bubu di social media ya!