Koloni semut dapat menggali tanah untuk membuat terowongan di kedalaman beberapa meter di bawah tanah, rumah bagi jutaan semut, dan mampu bertahan selama hingga beberapa dekade. Bagaimana mereka melakukannya tanpa menggunakan peralatan dan bahan penguat?
José Andrade, peneliti di California Institute of Technology (Caltech) bersama dengan para koleganya melakukan riset yang dipublikasikan di Proceedings of the National Academy of Sciences untuk mengetahui apakah semut hanya menggali secara membabi buta, atau apakah mereka mampu merasakan gaya dorong pada butiran tanah. Mereka menduga bahwa semut mungkin dapat meraba-raba di sekitar tanah untuk mencari butiran yang mudah disingkirkan tetapi tidak memengaruhi struktur di atasnya.
Simak juga: Ilmuwan Menemukan Bahwa Semut Dapat Menyembuhkan Pohon Inangnya
Guna menjawab pertanyaan tersebut, tim riset membuat miniatur koloni semut dalam sebuah tempat yang menampung 500 mililiter tanah dan 15 semut pemanen barat (Pogonomyrmex occidentalis). Posisi setiap semut dan setiap butir tanah kemudian ditangkap oleh pemindaian sinar-X beresolusi tinggi setiap 10 menit selama 20 jam.
Hasilnya, pemindaian sinar-X memberi gambaran bahwa semut mampu dengan mudah menyingkirkan partikel-partikel tanah untuk memperpanjang terowongan tanpa menyebabkan struktur yang sudah dibangun di atasnya runtuh. Dilansir dari New Scientist, Andrade mengatakan bahwa semut tampaknya tidak memahami konsep gaya (force) dan tidak menunjukkan tanda-tanda pengambilan keputusan. Namun, mereka mengikuti algoritma perilaku yang sangat sederhana yang telah berkembang dari waktu ke waktu.
Semut cenderung menggali terowongan yang relatif lurus yang menurun pada sudut kemiringan di mana material granular secara alami membentuk gundukan, yang dalam kasus ini sekitar 40 derajat. Mereka juga dapat memilih butiran yang tepat untuk disingkirkan guna membuat lengkungan pelindung di bagian atas.
“Dengan cara yang luar biasa – tepatnya, Anda tahu, secara kebetulan – mereka menemukan teknik penggalian yang sejalan dengan hukum fisika, tetapi sangat efisien,” ujar Andrade, dilansir New Scientist.
Para ilmuwan percaya bahwa jika algoritme perilaku dapat dianalisa lebih lanjut dan pada akhirnya direplikasi, maka mungkin dapat diaplikasikan dalam robot penambangan otomatis, di mana bisnis tambang cenderung berbahaya bagi manusia.
Penulis : Hilaria Arum
Editor : Bolu Bubu
💖
Bolu Bubu adalah startup digital media yang mempublikasikan video menginspirasi, menyentuh dan menghibur tentang hewan peliharaan untuk menciptakan perspektif positif di masyarakat akan dunia fauna.
Klik di sini untuk subscribe channel Bolu Bubu.
Jangan lupa follow dan like Bolu Bubu di social media ya!