Tanggal 27 Januari lalu, UN Development Programme (badan pembangunan global PBB) memublikasikan hasil jajak pendapat mengenai isu iklim terbesar yang pernah dilakukan. Melibatkan responden sebanyak 1,2 juta orang yang tersebar di 50 negara, mayoritas masyarakat mendesak adanya upaya masif untuk mengatasi perubahan iklim dianggap sebagai ‘darurat global’.
“Hasil survei dengan jelas menggambarkan bahwa tindakan mengatasi krisis iklim yang mendesak telah mendapat dukungan luas dari masyarakat di seluruh dunia, lintas negara, usia, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan,” ucap UNDP Administrator Achim Steiner dalam siaran pers yang dipublikasikan di laman UNDP. 2021 adalah tahun yang sangat penting untuk menunjukkan komitmen masing-masing negara dalam menyelamatkan iklim, dengan berlangsungnya KTT Iklim PBB pada November di Glasgow, Inggris.
Simak juga: Blind Test Daging Berbahan Tumbuhan Digelar di Israel Memperoleh 90% Tingkat Penerimaan Publik
Jajak pendapat ini juga mengungkapkan harapan masyarakat akan langkah yang dilakukan oleh pembuat kebijakan untuk mengatasi krisis iklim. Sebagai contoh, delapan dari sepuluh negara dengan emisi tertinggi dari sektor listrik, mayoritas masyarakatnya mendukung penggunaan lebih banyak energi terbarukan. Sedangkan empat dari lima negara dengan emisi tertinggi dari perubahan tata guna lahan, muncul dukungan untuk melestarikan hutan dan lahan. Sembilan dari sepuluh negara dengan populasi paling urban mendukung lebih banyak penggunaan mobil dan bus listrik yang bersih, atau sepeda.
“Namun lebih dari itu, jajak pendapat tersebut mengungkapkan bagaimana orang ingin pembuat kebijakan mengatasi krisis. Dari pertanian ramah lingkungan hingga perlindungan alam, dan berinvestasi dalam pemulihan COVID-19, survei tersebut membawa suara masyarakat ke garis depan dari perdebatan mengenai isu iklim. Ini menandakan cara dimana negara-negara dapat bergerak maju dengan dukungan publik saat kita bekerja sama untuk mengatasi tantangan yang sangat besar ini,” ucap Steiner.
Simak juga: Perkebunan Tembakau: Apa Dampaknya bagi Lingkungan dan Hewan?

Survei inovatif ini didistribusikan ke seluruh jaringan permainan seluler untuk mengakomodasi audiens yang sulit dijangkau dalam jajak pendapat tradisional, seperti remaja di bawah usia 18 tahun. Pakar pemungutan suara di University of Oxford menimbang sampel yang sangat besar untuk membuatnya mewakili usia, gender, dan latar belakang pendidikan dari populasi negara-negara yang disurvei, menghasilkan margin kesalahan yang relatif kecil, yaitu kurang lebih 2%.
Kebijakan yang cukup populer dan mendapat dukungan luas adalah melestarikan hutan dan lahan (54% dukungan publik), penggunaan tenaga surya, angin, dan energi terbarukan (53%), mengadopsi teknik pertanian ramah lingkungan (52%) dan berinvestasi lebih banyak dalam bisnis dan pekerjaan yang ramah lingkungan (50%). Di sisi lain, terdapat pengakuan yang sangat tinggi tentang isu darurat iklim dari masyarakat yang menempuh pendidikan tinggi di semua negara, mulai dari negara berpenghasilan rendah seperti Bhutan (82%) dan Republik Demokratik Kongo (82%), hingga negara-negara kaya seperti Perancis (87%) dan Jepang (82%).
Simak juga: Penyebaran Polusi Mikroplastik dalam Rantai Makanan Melalui Nyamuk
Penulis : Hilaria Arum
Editor : Glen Susanto
💖
Bolu Bubu adalah startup digital media yang mempublikasikan video menginspirasi, menyentuh dan menghibur tentang hewan peliharaan untuk menciptakan perspektif positif di masyarakat akan dunia fauna.
Klik di sini untuk subscribe channel Bolu Bubu.
Jangan lupa follow dan like Bolu Bubu di social media ya!