Sekelompok ilmuwan dari Lund University berhasil mengidentifikasi serangga dari 85 spesies, termasuk di antaranya lebah, ngengat, lalat, kumbang, tawon, dan semut, melalui DNA lingkungan udara (airborne environmental DNA). Harapannya, penemuan ini dapat digunakan untuk memantau kelimpahan populasi serangga dan penurunan keanekaragaman hayati.
“Dalam menghadapi krisis keanekaragaman hayati, kami sangat membutuhkan informasi yang lebih baik tentang status dan distribusi spesies,” ujar Fabian Roger, penulis utama riset ini, dilansir dari The Guardian.
Simak juga: Lebah, Serangga Cerdas yang Memahami Konsep Matematika Sederhana
“Studi kami adalah bukti dari konsep yang menunjukkan bahwa peneliti dapat mendeteksi DNA dari serangga dan vertebrata dari udara yang dikumpulkan dalam kondisi alamiah. Ini membuka banyak kemungkinan menarik untuk pemantauan dan deteksi spesies, yang memungkinkan kami memantau keanekaragaman hayati secara komprehensif pada skala spasial dan temporal yang besar.”
Dalam studi ini, para peneliti membandingkan pengambilan sampel eDNA di udara dengan survei serangga tradisional, termasuk perangkap cahaya ngengat dan jalan transek, yang biasanya hanya menangkap spesies serangga yang lebih besar.
Sementara perangkap cahaya tradisional mendeteksi 48 spesies ngengat, hanya sembilan spesies ngengat yang terdeteksi dengan eDNA, meskipun lima di antaranya terlewatkan oleh perangkap tradisional. Dari 36 spesies kupu-kupu dan lebah yang diidentifikasi dengan jalan transek, pengambilan sampel eDNA mendeteksi lima spesies.
Simak juga: Serangga Langka Ini Membutuhkan Lingkungan Bersalju untuk Bertahan Hidup Akibat Dunia yang Semakin Panas
Pengambilan sampel DNA dari udara menawarkan keuntungan yang tidak dimiliki oleh metode pengambilan sampel tradisional. Penggunaan perangkap malaise umumnya menyebabkan kematian serangga yang diambil sampelnya. Sedang metode lainnya, seperti jalan transek dan perangkap ngengat, memerlukan keahlian taksonomi yang secara umum fokus pada spesies serangga yang lebih besar. Sedangkan metabarcoding DNA di udara dapat mempercepat pengambilan sampel yang memungkinkan ilmuwan meningkatkan survei keanekaragaman hayati, dan yang terpenting, tanpa mengorbankan nyawa spesies.
“Kami berada di awal penjelajahan DNA lingkungan udara untuk apa pun selain bakteri, serbuk sari, atau spora – dan bahkan di sana kami hanya menyentuh di permukaannya saja,” katanya. “Hanya karena itu tidak bekerja dengan sempurna di luar kotak, bukan berarti itu tidak akan pernah berhasil. Potensinya sangat besar.”
Simak juga: Peneliti Merekam Suara ‘Menakjubkan’ di Lokasi Pemulihan Terumbu Karang di Sulawesi Selatan

Penulis : Hilaria Arum
Editor : Bolu Bubu
💖
Bolu Bubu adalah startup digital media yang mempublikasikan video menginspirasi, menyentuh dan menghibur tentang hewan peliharaan untuk menciptakan perspektif positif di masyarakat akan dunia fauna.
Klik di sini untuk subscribe channel Bolu Bubu.
Jangan lupa follow dan like Bolu Bubu di social media ya!