Beberapa bulan lalu, dunia digemparkan dengan isu lingkungan yang begitu mengkhawatirkan: kebakaran hutan hebat di Australia. Pohon, hewan, bahkan manusia pun menjadi korban.
Baca juga: Selera Makanmu Menentukan Masa Depan Bumi
Titik api yang awalnya muncul di New South Wales, kemudian meluas hingga ke beberapa negara bagian tetangga. Bahkan, negara lain seperti Selandia Baru turut merasakan dampak buruknya.
Dengan kondisi langit yang semakin memerah, peristiwa ini telah merenggut sedikitnya 24 korban jiwa, lahan seluas 6.3 juta hektar terbakar, dan lebih dari 1.300 rumah hangus.
Kerugian tak hanya dirasakan oleh manusia. Berbagai populasi hewan harus menanggung akibatnya. Pulau Kanguru sebagai pusat konservasi kanguru juga turut terbakar. Hewan khas lainnya seperti koala, setengah populasinya terancam mati. Dan, setengah miliar populasi satwa asli Australia lainnya juga menjadi korban. Jumlah yang sangat banyak sekali, kan?
Baca juga: Kelapa Sawit, Ancaman Nyata Bagi Nyawa Fauna Hutan Indonesia dan Malaysia
Dengan api yang berkobar begitu besar, banyak orang bertanya tanya mengenai penyebab utamanya. Ada beberapa faktor yang menyebabkan hutan bisa terbakar. Mulai dari percikan api dari manusia, kondisi udara yang sangat panas, hingga kekeringan yang telah melanda hingga bertahun-tahun lamanya. Ditambah lagi dengan kondisi angin kencang, api yang semula hanya ada di satu titik pun dapat meluas dengan cepat.
Namun tentu saja, perubahan iklim global turut memperparah kondisi. Menurut Badan Meteorologi Australia, rata-rata suhu di Australia pada tahun 2019 meningkat 1,5 derajat Celsius. Khusus bulan Desember, suhu rata-rata negara tersebut bahkan mencapai 41,9 derajat Celsius. Ini adalah suhu terpanas yang pernah dirasakan Australia sepanjang sejarah.
Lalu, apa kaitannya antara pemanasan global dan kebakaran hutan di Australia?
Pemanasan global membuat curah hujan terus menurun dalam jangka panjang. Dengan kondisi yang sangat kering seperti ini, sedikit saja percikan api muncul, bencana fatal pun terjadi.
Akibat kebakaran di Australia ini, 350 juta ton meter kubik karbondioksida terlepas ke atmosfer. Padahal gas inilah salah satu kontributor terbesar terjadinya efek rumah kaca.
Masih ingatkah dengan kebakaran hutan di Kalimantan dan Sumatera, serta di Amazon yang juga terjadi di tahun 2019? Semua bencana ini ditambah dengan kebakaran di Australia yang sangat masif, semakin memperparah bumi yang sudah rusak dengan suhu udara yang kian panas.
Tak perlu ada bencana selanjutnya untuk membuat kita belajar dan segera mengambil langkah. Untuk menjaga lingkungan, peran serta semua pihak, termasuk negara dan seluruh masyarakat sangat diperlukan untuk membuat bumi menjadi tempat yang lebih baik.
Baca juga: Indah di Mata Tapi Menyiksa Satwa dan Merusak Semesta
Pada tingkat nasional, negara harus menunjukkan komitmen kuat untuk mengurangi emisi gas karbon. Salah satunya dengan cara meregulasi para pelaku usaha supaya beralih menggunakan teknologi ramah lingkungan. Pengelolaan limbah pun perlu diawasi supaya tidak merusak lingkungan sekitarnya.
Indonesia adalah negara yang memiliki sumber daya terbarukan berlimpah. Seperti air, angin, dan sinar matahari. Semua ini dapat dimanfaatkan untuk sumber energi supaya negara tak lagi bergantung dengan bahan bakar fosil.
Kita juga bisa turut membantu agenda penyelamatan lingkungan. Mulailah dengan mengurangi penggunaan sampah plastik. Tanamlah pohon di sekitar rumah. Selain membuat udara lebih sejuk, tanaman juga berfungsi menyerap karbondioksida di udara.
Apabila hal ini dilakukan secara masif, maka kebakaran hutan dapat dicegah dengan lebih efektif. Karena bukan hal yang tidak mungkin untuk menciptakan bumi menjadi tempat yang lebih layak untuk dihuni.
Penulis: Hilaria Arum
Editor: Bolu Bubu
Video Editor: Gerry Intan Darajati
💖
Bolu Bubu adalah startup digital media yang mempublikasikan video menginspirasi, menyentuh dan menghibur tentang hewan peliharaan untuk menciptakan perspektif positif di masyarakat akan dunia fauna.
Klik di sini untuk subscribe channel Bolu Bubu.
Jangan lupa follow dan like Bolu Bubu di social media ya!