Beberapa tupai merah Amerika Utara dilahirkan dengan hak istimewa, atau yang biasa disebut ‘privilese’. Mereka tinggal di hutan pinus di mana tupai dewasa menyimpan persedian makanan yang pada akhirnya akan diwariskan kepada anak mereka ketika sang induk meninggalkan wilayah tempat tinggalnya. Anak tupai ini jauh lebih mungkin untuk bertahan hidup hingga musim semi dibandingkan dengan mereka yang tidak menerima warisan dari generasi sebelumnya. Tanpa persediaan makanan dari induknya, banyak bayi tupai mati di musim dingin.
Simak juga: Metode Penghitungan Gajah dari Luar Angkasa untuk Tujuan Konservasi
Dalam dunia hewan, banyak spesies yang telah diketahui memiliki kecenderungan untuk berbagi sumber daya antargenerasi, seperti teritori, peralatan, dan tempat berlindung. Dalam sebuah makalah yang diterbitkan bulan Desember 2021 di jurnal Behavioral Ecology, tiga peneliti berpendapat bahwa kita harus menyebut fenomena ini sama seperti yang kita sebut pada manusia: kekayaan antargenerasi.
Menurut para ilmuwan, yang dilansir dari The New York Times, tupai muda yang memiliki banyak buah pinus itu adalah anak-anak istimewa. Jennifer Smith, ahli ekologi perilaku di Mills College di Oakland, California, mengatakan ide untuk makalah ini muncul di awal pandemi. Dalam percakapan bersama rekan-rekannya di University of California, Los Angeles, yaitu Dr. Barbara Natterson-Horowtiz dan Michael Alfaro, mereka melihat bagaimana Covid-19 semakin menampakkan kesenjangan akses kesehatan dan ketidaksetaraan lainnya di seluruh dunia. Para ilmuwan pun mulai bertanya-tanya apakah mereka bisa belajar lebih banyak tentang ketidaksetaraan dengan mempelajarinya pada hewan.
“Ketika kami mulai mencarinya, kami menemukan banyak sekali contoh (kekayaan antargenerasi),” kata Dr. Smith.
Belibis merah muda lebih mungkin berhasil dalam membangun wilayah mereka sendiri ketika induk jantan mereka dan kerabat lainnya berada di dekatnya. Anak hyena betina yang lahir dari induk berpangkat tinggi mewarisi status mereka, dan mendapatkan daging segar. Beberapa simpanse dan monyet capuchin memecahkan kacang menggunakan alat dari batu yang digunakan induk mereka sebelumnya.
Simak juga: Bagaimana Cara Semut Menggali Terowongan Panjang di Dalam Tanah yang Dapat Bertahan Hingga Bertahun-tahun?
Kekayaan hewan juga dapat diturunkan ke non-kerabat, seperti pada tawon kertas yang mengambil alih sarang bersama atau kelomang yang mencari ‘rumah’ yang lebih baik.
Untuk mempelajari peralihan kekayaan antarhewan, para ilmuwan dapat mengajukan pertanyaan konkret: Apakah kadal yang tinggal bersama induknya bertahan hidup lebih lama? Apakah monyet dengan akses ke batu pemecah kacang yang lebih besar dapat terus memiliki lebih banyak anak dan cucu? Ahli biologi dapat mengeksplorasi hak istimewa hewan tanpa menangani semua topik terkait kompleksitas budaya pada manusia.
Dengan mencari kesamaan antara hak istimewa pada manusia dan hewan, Dr. Smith berharap dapat membuka pemahaman yang lebih besar tentang ketidaksetaraan di alam bebas. “Bagi saya, sangat menarik untuk mempelajari aturan ketidaksetaraan pada hewan selain manusia,” ungkapnya. “Melihat ini terjadi pada begitu banyak spesies yang berbeda cukup mengejutkan. Dan kita baru menyentuh permukaannya.”
Selanjutnya, dia berencana untuk memperluas surveinya, melihat kekayaan dan hak istimewa di ribuan spesies hewan lainnya.
“Penggunaan istilah seperti ‘hak istimewa (privilege)’ dan ‘mengabadikan siklus hak istimewa’ agak tidak biasa dalam penelitian hewan”, ujar Jenny Tung, antropolog evolusioner dan ahli genetika di Duke University yang berfokus pada bagaimana faktor sosial memengaruhi kesehatan primata. Namun, dia menganggap ide menggunakan sudut pandang manusia untuk melihat bagaimana hewan mewariskan sumber daya adalah hal yang menjanjikan.
“Itu berpeluang menjadi sangat bermanfaat,” kata Dr. Tung. Idenya “membuka semua kemungkinan untuk memahami” di mana ketidaksetaraan berasal dari antara hewan, katanya.
Di sisi lain, riset ini tidak berarti bahwa hewan dapat menjawab setiap pertanyaan tentang bagaimana ketidaksetaraan muncul pada manusia. Dr. Mattison menambahkan, “Manusia jauh lebih kooperatif daripada kebanyakan spesies lain.” Lembaga budaya kita dapat memperkuat ketidaksetaraan, menurutnya, tetapi mereka juga dapat melawannya.
Dia menekankan, bagaimanapun juga, menemukan ketidaksetaraan di alam tidak sama dengan membenarkannya. Penelitiannya “dapat disalahartikan dengan mengatakan, ‘Yah, itu ada di mana-mana, jadi kita tidak bisa berbuat apa-apa,’” kata Dr. Smith. Tidak seperti hewan lain, “Kita dapat memahami fenomena ini,” kata Dr. Smith, “dan kemudian secara eksplisit bertindak untuk memilih bagaimana kami menggunakan pengetahuan itu untuk menciptakan perubahan sosial.”
Penulis : Hilaria Arum
Editor : Bolu Bubu
💖
Bolu Bubu adalah startup digital media yang mempublikasikan video menginspirasi, menyentuh dan menghibur tentang hewan peliharaan untuk menciptakan perspektif positif di masyarakat akan dunia fauna.
Klik di sini untuk subscribe channel Bolu Bubu.
Jangan lupa follow dan like Bolu Bubu di social media ya!