Perburuan liar adalah satu penyebab utama penurunan populasi badak hingga akhirnya berstatus terancam punah. Di pasar gelap, cula badak memiliki harga lebih mahal dibandingkan dengan emas atau kokain. Hal ini semakin diperparah dengan munculnya berbagai mitos, mulai dari manfaat cula sebagai pengobatan tradisional hingga simbol status sosial. Itu lah sebabnya banyak orang tega menyiksa bahkan membunuh badak demi mendapatkan cula.
Guna menyelamatkan spesies ini dari perburuan liar, banyak dokter hewan dan konservasionis di Afrika Selatan berani melakukan langkah drastis, yaitu menggergaji ratusan cula badak setiap tahunnya sebelum sindikat kriminal membunuh mereka. Dengan hilangnya incaran pemburu, maka risiko kematian badak di tangan pemburu dapat menurun secara signifikan.
Simak juga: Badak yang Kehilangan Culanya di Afrika Selatan, Kini Kembali ke Alam Liar setelah Menjalani 30 Operasi
Meski terdengar kejam dan tidak sejalan dengan misi kesejahteraan hewan, sesungguhnya memotong cula tidak menimbulkan rasa sakit selama dilakukan dengan cara yang tepat oleh profesional. “Menghilangkan cula sebenarnya tidak lebih buruk daripada memotong kuku Anda sendiri,” ungkap dokter hewan Mike Toft, dilansir dari ITV.
Terlepas dari minimnya rasa sakit, harus diakui bahwa metode ini bukanlah solusi ideal dari permasalahan perburuan liar. “Ini bukan sesuatu yang ingin kami lakukan. Metode ini mahal dan invasif, tetapi kami percaya itu adalah kejahatan yang diperlukan,” ungkap Chris Galliers, ketua Game Rangers Association of Africa, kepada The Guardian.
Galliers juga menekankan biaya yang harus dikeluarkan sekitar £580 (11 juta rupiah) untuk memotong satu cula badak dengan aman. Biaya ini digunakan untuk menyewa helikopter dan dokter hewan yang terampil. Sebagai pimpinan dari inisiatif anti-perburuan, Project Rhino, Galliers menjelaskan bahwa pemotongan cula harus diulang setiap 18-24 bulan karena cula akan tumbuh kembali secara alami.
Di sisi lain, memotong cula hanya pada badak tertentu bukanlah pilihan yang bijak. Pasalnya, badak tak bercula akan lebih rentan ketika pertarungan terjadi di dalam teritori. Di lokasi di mana seluruh populasi badak dihilangkan culanya, semua individu berada pada posisi yang tidak menguntungkan yang setara. Meski begitu, Toft mengatakan bahwa badak yang tidak bercula masih bisa menangkis singa dengan memanfaatkan jumlah kawanan yang besar ebagai senjata.
Bagi para pemburu (trophy hunter), tujuan utama mereka adalah mendapatkan kepala dan cula. Badak bukanlah satu-satunya hewan yang menjadi incaran. Sebagai contoh, gajah diburu dan disembelih untuk diambil gadingnya. Namun, berbeda dengan memotong cula badak, Toft tidak menganggap bahwa memotong gading dapat menjadi solusi mengurangi angka perburuan gajah. Gading memiliki bagian yang berongga, serta mengandung akar dan saraf yang sensitif. Gading juga merupakan alat penting bagi gajah untuk mengupas kulit pohon atau menggali akar dan umbi-umbian segar.
Hingga saat ini, memotong cula dinilai masih menjadi tindakan darurat yang perlu dilakukan, sembari mengulur waktu untuk menemukan solusi permanen lain yang dapat benar-benar mengakhiri permintaan cula badak.
Simak juga: Mengapa Memindahkan Badak dengan Posisi Terbalik Sangat Krusial untuk Keberhasilan Konservasi?
Penulis : Hilaria Arum
Editor : Bolu Bubu
💖
Bolu Bubu adalah startup digital media yang mempublikasikan video menginspirasi, menyentuh dan menghibur tentang hewan peliharaan untuk menciptakan perspektif positif di masyarakat akan dunia fauna.
Klik di sini untuk subscribe channel Bolu Bubu.
Jangan lupa follow dan like Bolu Bubu di social media ya!