Kita pasti sudah sering mendengar bahwa bumi kita dipenuhi sampah plastik yang jumlahnya banyak sekali. Selain mengotori tanah, plastik juga mengotori lautan. Sedihnya, banyak hewan ditemukan mati dengan perut penuh sampah plastik.
Cara hewan mengenali makanan berbeda dengan manusia. Hewan akan mengamati bentuk, bau, warna, bahkan suaranya ketika bergesekan dengan air. Oleh karena itu, hewan seringkali terkecoh dengan menganggap plastik sebagai makanan.
Plastik yang mengambang di lautan ternyata sering digunakan alga untuk tempat berkembang. Ketika alga ini akhirnya mati dan terurai secara alamiah di lautan, maka aroma alga juga ikut menyebar ke air dan plastik di sekitarnya.
Baca juga: Hiu Menyerang Manusia, Kenapa?
Alga adalah makanan utama untuk krill, hewan crustacea yang bentuknya menyerupai udang. Krill adalah makanan bagi beberapa hewan yang lebih besar seperti ikan, paus, burung laut, dll. Hewan tersebut akan memangsa krill dengan cara mendeteksi aroma alga. Di mana tercium aroma alga, pasti di situ ada koloni krill yang berkumpul. Nah, ketika plastik sudah terkontaminasi aroma alga, banyak hewan salah mendeteksi makanan. Akhirnya hewan-hewan yang seharusnya memangsa krill, jadi memakan plastik.
Selain mengecoh dari segi aroma, plastik juga mengecoh dari suaranya. Tahukah kamu kalau paus dan lumba-lumba memiliki ekolokasi? Ekolokasi adalah kemampuan untuk mendeteksi lokasi makanan dan menghindar dari segala halang-rintang yang ada di dasar laut gelap. Jadi, paus dan lumba-lumba tidak akan tersesat sekalipun berenang di dasar laut yang gelap.
Sistem ekolokasi pada paus dan lumba-lumba akan menangkap gelombang suara dari plastik-plastik yang terhanyut di lautan. Sayangnya, plastik tersebut seringkali dipersepsi sebagai makanan karena memancarkan gelombang suara yang sama. Akhirnya mereka pun memakan plastik itu.
Plastik yang mengambang juga sering mengecoh kura-kura yang mengiranya sebagai ubur-ubur medusa. Alasan itulah yang menyebabkan mengapa di perut kura-kura yang mati juga banyak ditemukan plastik.
Apa efek dari plastik yang mengendap di dalam pencernaan hewan? Apakah mereka akan langsung mati? Memang tidak. Tapi mereka akan sakit dan menderita dalam jangka waktu yang lama.
Plastik yang menumpuk di perut membuat tubuh kehilangan kemampuan untuk menyerap nutrisi dari makanan asli mereka. Selain itu, hewan-hewan laut yang menelan plastik juga akan selalu merasa kenyang sehingga tidak lagi berselera untuk makan.
Akibat kekurangan gizi dalam jangka panjang dan kelaparan, mereka pun akhirnya mati.
Dampak buruk plastik tidak hanya terasa ketika tertelan. Beberapa hewan harus terinfeksi dan terancam mati karena banyak sedotan plastik menusuk hidung mereka hingga terluka. Plastik juga bisa menjerat tubuh mereka. Karena kesulitan bergerak dan tidak bisa menyelamatkan diri, banyak dari mereka akhirnya mati tenggelam.
Baca juga: Jangan Diabaikan, Hewan Juga Punya Perasaan, Lho!
Seperti yang kita ketahui, plastik adalah benda yang sangat sulit terurai. Setiap sampah plastik yang kita buang hari ini, masih akan tetap bertahan di alam sampai ratusan tahun mendatang. Jadi, cara terbaik untuk mengurangi penderitaan hewan dari polusi plastik yang kian hari kian bertambah adalah dengan bijak dalam menggunakan plastik. Sebisa mungkin untuk tidak menggunakan plastik. Apabila akan menggunakannya, lebih baik pilih yang bisa terurai secara alamiah.
Dengan begitu, kita pun turut berkontribusi dalam melestarikan alam dan mendukung kesejahteraan hewan!
Penulis : Hilaria Arum
Editor : Bolu Bubu
Video Editor: Gerry Intan Darajati
💖
Bolu Bubu adalah startup digital media yang mempublikasikan video menginspirasi, menyentuh dan menghibur tentang hewan peliharaan untuk menciptakan perspektif positif di masyarakat akan dunia fauna.
Klik di sini untuk subscribe channel Bolu Bubu.
Jangan lupa follow dan like Bolu Bubu di social media ya!