Dalam situasi tertentu, hewan peliharaan yang ada di rumah bisa lepas dan tersesat. Meski sang pemilik sudah memasangkan kalung identitas, namun kerap kali cara tersebut tidak berhasil untuk menyelamatkan mereka dan membawanya pulang. Salah satu cara terbaik untuk menaggulangi hal tersebut adalah dengan memasang microchip untuk hewan peliharaan.
Bentuknya sangat kecil, hanya sebesar bulir beras. Cara pemasangannya adalah dengan disuntik ke bawah jaringan kulit anjing atau kucing pada bagian antara punggung dan bahu. Kamu bisa mendatangi klinik dokter hewan untuk melakukan prosedur memasang microchip untuk hewan.
Proses injeksi ini menggunakan jarum hipodermik, sebuah alat suntik yang biasa digunakan untuk mengambil sample darah. Sehingga metode memasang microchip untuk hewan tergolong sangat aman, cepat, dan tak membutuhkan operasi.
Pada saat jarum masuk ke dalam tubuh, anjing mungkin akan menggonggong sedikit. Namun tenang saja. Rasa tidak nyaman ini hanya akan bertahan sebentar. Setelah itu, sang anjing pun tak akan merasakan ada microchip di dalam tubuhnya sama sekali. Setelah keluar dari klinik, mereka siap untuk bermain dan berlarian kembali seperti sebelumnya.
Tak jarang, dokter akan merekomendasikan prosedur tersebut bersamaan dengan proses sterilisasi. Sehingga anestesi yang digunakan selama proses steril juga dapat dimanfaatkan selama proses memasang microchip untuk hewan.
Meskipun prosedur tersebut relatif aman, namun sebaiknya tunggu sampai anjing cukup besar. Usia delapan minggu dianggap terlalu muda untuk menerima injeksi microchip. Alasannya, ukuran jarum yang cukup besar dikhawatirkan akan menimbulkan reaksi yang buruk di tubuh anjing yang masih kecil.
Baca juga: Anjing Pitbull Berbahaya Untuk Anak? Ah, Itu Hoax!
Maka, tunggu saja sampai anjing sudah besar dan kuat untuk dapat merespons suntikan dengan baik. Selama masih kecil, gunakan kalung yang tak berbahaya.
Dengan prosedur yang canggih, apakah harganya mahal?
Ada anggapan bahwa memasang microchip untuk hewan peliharaan membutuhkan dana yang tak sedikit. Maka, banyak orang masih ragu-ragu untuk menggunakan alat tersebut. Padahal dengan mengeluarkan biaya kurang lebih sebesar Rp350.000 hingga Rp600.000, ada banyak keuntungan yang didapatkan.
Microchip yang terpasang memuat berbagai informasi penting seperti jenis kelamin, ras hewan, nama, dan kontak sang pemilik. Sehingga ketika ada peliharaan yang tersesat, mereka akan lebih mudah untuk diidentifikasi dan dikembalikan ke pemiliknya.
Selain itu, memasang microchip untuk hewan peliharaan juga dapat mengurangi tindak kriminal pada hewan. Kok bisa?
Peliharaan yang terawat dan dalam kondisi baik, apabila tersesat, rentan untuk menjadi target pencurian. Apalagi jika hewan tersebut dianggap memiliki nilai yang mahal, tak jarang sang pencuri akan melepaskan segala identitas yang melekat seperti kalung lalu menjualnya.
Dengan memasang microchip untuk hewan , maka jual beli binatang akan lebih mudah dikontrol. Cukup dengan memindainya, maka akan langsung tertera siapa pemilik aslinya. Hewan tersebut pun terselamatkan.
Sifat microchip yang permanen dan akan tetap dapat berfungsi selama hewan tersebut masih hidup membuat identitas hewan dan sang pemilik tak mudah diganti atau dihapus. Jadi, kemungkinan hewan tersebut dipindahtangankan secara tak bertanggung jawab dapat diminimalkan.
Lalu bagaimana dengan hewan yang disakiti atau dibuang oleh pemiliknya sendiri? Hal tersebut juga bisa diketahui dan ditangani lebih mudah oleh para penyelamat hewan dari shelter maupun klinik.
Teknologi ini dapat menjadi jawaban atas penyiksaan hewan yang selama ini sulit ditangani karena ketiadaan identitas yang jelas.
Memasang microchip untuk hewan peliharaan secara massal dalam suatu kota atau negara akan mempermudah adanya kontrol kesehatan, seperti penyebaran virus rabies, pemberian vaksin, maupun strerilisasi untuk mengontrol populasi.
Lembaga-lembaga dalam lingkup area yang kecil perlu memiliki alat pemindai microchip. Termasuk dalam lingkup RT dan kelurahan. Tujuannya supaya ketika ada hewan tersesat, bisa segera dikembalikan atau menghubungi pemiliknya.
Apabila ada orang yang kehilangan peliharaannya pun, mereka dapat bertanya kepada lembaga tersebut.
Apa keuntungan memasang microchip untuk hewan peliharaan dibandingan dengan GPS tracker?
Supaya dapat berfungsi, GPS tracker membutuhkan baterai yang dayanya harus diisi secara rutin. Apabila dayanya habis, maka alat tersebut akan mati dan tak bisa dipindai.
Microchip menggunakan teknologi Radio Frequency Identification (RFID) yang memanfaatkan gelombang radio untuk melakukan transmisi informasi. Sehingga tak perlu menggunakan daya dan dapat dipindai kapanpun.
Apabila kamu berniat untuk mengimplementasikan alat tersebut ke hewan peliharaan, ada berbagai pilihan frekuensi. Mulai dari 125 kHz, 128 kHz, serta 134,2 kHz. Direkomendasikan agar memilih sesuai dengan standard ISO yang berlaku yaitu 134,2 kHz. Tujuannya adalah ketika kamu bepergian ke luar negeri dan membawa hewan kesayangan lalu tiba-tiba mereka tersesat, pihak setempat dapat memindainya dan segera menghubungi kontak yang tertera.
Secara garis besar, memasang microchip untuk hewan peliharaan memudahkan pemilik untuk dilacak. Harapannya, hal tersebut mendorong siapapun yang ingin memelihara hewan supaya lebih bertanggung jawab dalam merawat, berhati-hati dalam menjaga, dan tidak menelantarkannya.
Penulis: Hilaria Arum
Editor: Bolu Bubu
💖
Bolu Bubu adalah startup digital media yang mempublikasikan video menginspirasi, menyentuh dan menghibur tentang hewan peliharaan untuk menciptakan perspektif positif di masyarakat akan dunia fauna.
Klik di sini untuk subscribe channel Bolu Bubu.
Jangan lupa follow dan like Bolu Bubu di social media ya!