Monyet diketahui dapat mengubah “aksen” ketika mereka memasuki wilayah spesies lain guna meningkatkan komunikasi. Dilansir dari The Guardian, para peneliti mengamati perilaku 15 kelompok dari dua spesies primata seukuran tupai di Amazon, Brasil: tamarin pied (Saguinus bicolor) dan tamarin tangan merah (Saguinus midas).
Tamarin pied adalah spesies terancam punah yang memiliki wajah hitam tidak berbulu, leher berbulu putih, serta bahu dan lapisan bulu luar berwarna almond dari pinggang ke bawah. Sebagian besar dari mereka hidup di sekitar kota Manaus. Sedangkan tamarin tangan merah, sama seperti namanya, memiliki tangan dan kaki berwarna merah serta tubuh tertutup bulu hitam. Spesies ini dapat ditemukan di seluruh wilayah timur laut Amazon.
Simak juga: Separuh Spesies Primata Indonesia, Termasuk Orang Utan, Diprediksi Akan Punah pada 2050
Berbeda dari manusia, satwa primata tidak menggunakan bahasa yang beragam. Sebaliknya, mereka memiliki sejumlah suara untuk berkomunikasi dengan sesamanya. Suara ini berada dalam rentang repertoar vokal mereka yang mencakup berbagai konteks, seperti peringatan akan hadirnya pemangsa dan untuk menarik pasangan kawin.
Dengan membandingkan rekaman profil akustik atau suara komunikasi dari dua spesies yang berada di tiga lokasi, para peneliti menemukan bahwa tamarin tangan merah mengadopsi panggilan yang dilakukan spesies lain yang tinggal di wilayah yang sama. Lokasi pertama yang diteliti adalah tempat yang hanya dihuni oleh tamarin pied, lokasi kedua yaitu habitat tamarin tangan merah, serta yang ketiga adalah daerah yang dihuni oleh kedua spesies itu.
Simak juga: Bagaimana Konsep Manusia Tentang ‘Privilese’ Digunakan untuk Mempelajari Perilaku Hewan?
“Seruan yang dilakukan tamarin tangan merah menjadi lebih seperti tamarin pied – dan kami pikir alasan mereka melakukan ini adalah karena ketika Anda berbagi wilayah dan Anda adalah spesies yang berkerabat dekat, Anda kemungkinan besar akan datang. bersaing memperebutkan sumber daya. Karena Anda memiliki pola makan dan habitat yang sama,” ungkap Dr. Jacob Dunn, seorang profesor biologi evolusioner di Anglia Ruskin University sekaligus penulis penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Behavioral Ecology and Sociobiology ini.
“Anda membutuhkan seruan yang dapat dipahami oleh spesies lain sehingga Anda dapat mengelola sengketa teritorial.”
Kedua spesies tersebut sesungguhnya berbicara dalam bahasa yang sama, tetapi mereka perlu memahami aksen satu sama lain. “Mereka dapat membuat seruan dalam durasi lebih lama, sedikit lebih tinggi atau lebih rendah frekuensinya, sedikit lebih keras, atau sedikit lebih bernada. Mereka dapat sedikit mengubah kebisingan, tetapi pada dasarnya mereka masih mengucapkan ‘kata-kata’ yang sama.”
Pertanyaan mengenai mengapa tamarin tangan merah lebih adaptif dibandingkan dengan tamarin pied belum berhasil diketahui dan merupakan subjek penelitian yang sedang berlangsung. Namun karena tamarin tangan merah relatif lebih vokal dalam teritori, Dunn berspekulasi inilah yang membuat mereka cenderung lebih mampu membuat perubahan.
Penulis : Hilaria Arum
Editor : Bolu Bubu
💖
Bolu Bubu adalah startup digital media yang mempublikasikan video menginspirasi, menyentuh dan menghibur tentang hewan peliharaan untuk menciptakan perspektif positif di masyarakat akan dunia fauna.
Klik di sini untuk subscribe channel Bolu Bubu.
Jangan lupa follow dan like Bolu Bubu di social media ya!