SERIES: Dampak Penangkapan Ikan Berlebihan bagi Satwa Laut
Selama tahun 2020, terdapat lebih dari 40 insiden kemunculan paus pembunuh di sekitar kapal yang berlayar di area lepas pantai Spanyol dan Portugal. Dikutip dari BBC, mereka tak hanya menampakkan diri namun juga kerap menabrak bagian kemudi dan lambung kapal. Ternyata, perilaku tidak biasa ini berkaitan dengan aktivitas penangkapan ikan berlebihan yang kerap dilakukan oleh nelayan.
Simak juga: Paus Orca yang Dahulu Berduka sembari Membawa Jasad Anaknya selama 17 Hari, Kini Kembali Hamil
Kemunculan orca di perairan Atlantik sebenarnya bukanlah hal yang mengejutkan. Selama ribuan tahun, hewan berbobot 4-5 ton ini memangsa tuna sirip biru untuk dijadikan makanan utama. Selain itu, mereka juga bermigrasi ke pesisir Portugis dan Spanyol sepanjang ratusan mil melalui Selat Gibraltar yang sempit. Perairan Mediterania yang memiliki suhu lebih hangat sering dimanfaatkan oleh mereka untuk berkembang biak.

Sayangnya, tuna sirip biru adalah salah satu jenis ikan yang paling banyak ditangkap karena harganya yang sangat mahal. Ketika populasi mereka berkurang secara drastis, maka keseimbangan rantai makanan pun akan terganggu. Itulah sebabnya mengapa hingga kini populasi orca yang merupakan predator tuna sirip biru berada dalam kondisi yang mengkhawatirkan. Bahkan beberapa spesies orca masuk dalam daftar hewan terancam punah yang dilindungi undang-undang. Meski begitu, kondisi ini tidak berhasil menjelaskan mengapa beberapa paus pembunuh ditemukan bersikap agresif terhadap perahu yang sedang berlayar.
Seorang biologis bernama Dr. Renaud de Stephanis dan peneliti kelautan Dr. Ruth Esteban melakukan investigasi informal untuk mengetahui lebih jauh mengenai perilaku aneh paus pembunuh. Sebelumnya, kedua ilmuwan ini pernah berkolaborasi dalam meneliti orca. Sejak tahun 1990-an, Renaud sudah mempelajari populasi paus pembunuh. Melalui organisasi penelitian konservasi bernama CIRCE yang dikelolanya, pria ini juga membantu memperjuangkan supaya orca mendapat status perlindungan secara resmi.
Pada bulan September, mereka mulai mengumpulkan berbagai bukti perilaku agresif orca terhadap kapal. Data tersebut kemudian dibandingkan dengan dokumen lain yang pernah digunakan CIRCE. Masing-masing orca memiliki corak unik berwarna abu-abu pucat di belakang sirip punggungnya yang berfungsi sebagai “sidik jari” untuk membedakan antara satu individu dengan individu lain. Setelah melalui proses pengamatan yang jeli, mereka berhasil menemukan bahwa sebagian besar insiden melibatkan tiga spesies orca berusia muda. Berdasarkan catatan resmi yang ada, ketiga paus pembunuh itu adalah Gladis hitam, Gladis putih, dan Gladis abu-abu.
Selain itu, para peneliti juga mengungkapkan bahwa Gladis putih memiliki luka yang cukup parah di kepalanya. Mereka menduga bahwa penyebabnya adalah karena tergores perahu, lebih tepatnya pada bagian baling-baling. Menanggapi hal ini, Ruth mengatakan, “Permasalahannya – kami tidak tahu mana yang terjadi lebih dulu, cedera atau insiden dengan perahu”.
“Itu sangat menakutkan bagi masyarakat, aku bisa memahaminya. Namun kami tidak ingin menyebutnya sebagai serangan. Kami menyebutnya interaksi”
ucap Ruth

Sejauh ini, kemunculan orca di sekitar perahu yang berlayar tidak sampai melukai manusia. Namun kondisi yang terus terjadi ini membuat Renaud khawatir akan potensi terjadinya konflik langsung antara orca dengan nelayan. Ketika masyarakat beranggapan bahwa mata pencaharian dan nyawa mereka sedang dipertaruhkan, bukan tidak mungkin keberlangsungan hidup paus pembunuh akan semakin terancam. Di sisi lain, menyenggol dan menabrak perahu memang dapat membahayakan keselamatan manusia maupun orca. Resiko ini pun ditanggapi oleh penjaga pantai Portugis dengan melarang kapal berukuran kecil untuk berlayar di area perairan di mana insiden tersebut telah terjadi sebelumnya.
Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh pada pertengahan 1990-an, Renaud dan koleganya menyadari bahwa salah satu pod orca ini mulai mencuri tuna dari perahu yang menangkap tuna, serta memakan tuna sirip biru dari ujung tali yang tertinggal di air. Dengan kecerdasannya yang luar biasa, orca muda yang berada dalam kelompok yang sama akan mempelajari dan menirukan trik tersebut.
Simak juga: Perancis Mengumumkan Pelarangan Bertahap terhadap Penggunaan Hewan Liar dalam Sirkus
Fenomena ini pun memperkuat kemungkinan bahwa penyebab perubahan perilaku orca yang lebih agresif ini adalah aktivitas penangkapan ikan berlebihan. Lori Marino, seorang ahli syaraf yang juga menjabat sebagai presiden Whale Sanctuary Project mengatakan, “Mereka adalah orca jantan muda, mereka akan menjadi kasar. Mungkin ada sisi bermain, mungkin juga ada elemen agresi – mencoba untuk membuktikan diri”. Meski begitu, menganggap mereka sebagai hewan yang kejam dan penuh perhitungan, atau hanya persoalan ceroboh dan ingin bermain-main, hanya akan merugikan mereka.
“Kebenaran yang sesungguhnya bukanlah salah satu dari hal-hal itu. Mereka mampu menjadi ganas, mereka mampu melakukan hal-hal yang baik, mereka mampu melakukan apapun sama seperti manusia. Kita tidak bisa mengkategorikan mereka dalam satu dimensi. Ini lah hal berharga untuk dipelajari”.
Penulis : Hilaria Arum
Editor : Glen Susanto
💖
Bolu Bubu adalah startup digital media yang mempublikasikan video menginspirasi, menyentuh dan menghibur tentang hewan peliharaan untuk menciptakan perspektif positif di masyarakat akan dunia fauna.
Klik di sini untuk subscribe channel Bolu Bubu.
Jangan lupa follow dan like Bolu Bubu di social media ya!