Bisnis pembiakan hewan adalah salah satu bisnis yang menjanjikan karena memiliki banyak peminat. Anak anjing atau kucing yang dijual di toko hewan pun bisa jadi merupakan hasil dari bisnis ini. Itulah sebabnya mengapa praktik pengembangbiakan hewan perlu diatur secara ketat oleh pemerintah.
Simak juga: Kaki Pincang Hingga Lepas dari Panggul, Freddie Berhasil Sembuh Tanpa Operasi!
Memang harus diakui, tujuan orang berbisnis adalah untuk mencari keuntungan. Namun, kesejahteraan hewan yang terdampak pun perlu diperhatikan. Apabila bisnis ini berjalan tanpa regulasi yang jelas dan tegas, sulit rasanya untuk mewujudkan Indonesia menjadi negara yang ramah pada hewan.
Faktanya, praktik pengembangbiakan hewan membuat banyak satwa merasa tersiksa. Contoh yang paling umum terjadi adalah induk hewan dipaksa untuk melahirkan sesering mungkin. Para peternak juga belum tentu menyediakan makan dan minum yang memadai bagi para hewan. Belum lagi jika mereka dikurung di tempat yang sempit, kotor, dan tidak layak. Hewan mana yang merasa bahagia apabila diperlakukan seperti itu?

Simak juga: Seekor Sable Diselamatkan dan Diadopsi dari Peternakan Bulu sebelum Dikuliti untuk Dijadikan Mantel
Sesungguhnya, proses pengembangbiakan hewan yang dilakukan secara bertanggung jawab memiliki manfaat positif untuk manusia. Salah satunya yaitu untuk menghasilkan keturunan yang baik. Peternak akan mengambil dua induk dari kualitas unggul untuk kemudian disilangkan. Dengan cara tersebut, keturunan yang dihasilkan akan berkualitas baik pula.
Persilangan antara dua induk yang berkualitas unggul juga dapat mengantisipasi munculnya cacat genetik dan resiko penyakit bawaan lain. Sehingga, kondisi keturunan yang dilahirkan berpotensi lebih sehat.
Setidaknya, ada dua hal yang memengaruhi kesuksesan persilangan ini: genetika dan kondisi lingkungan. Rekayasa genetika memungkinkan peternak untuk tak hanya mendapatkan keturunan yang unggul tetapi juga memiliki kondisi fisik sesuai dengan yang diinginkan. Contohnya seperti warna kulit dan ukuran tubuh.
Dalam konteks lingkungan, hewan perlu disediakan makanan dan minuman yang cukup. Tempat pengembangbiakan juga idealnya berada di lokasi dengan suhu dan cuaca yang sesuai. Tidak terlalu panas, namun juga jangan terlalu dingin. Ketika sakit, berikan pertolongan medis secara cepat dan tepat. Serta jangan lupa untuk selalu mencurahkan kasih sayang supaya mereka tetap merasa nyaman dan bahagia.

Simak juga: Dibuang Setelah Keguguran, Kucing Ini Akhirnya Menemukan Forever Pawrent!
Seiring berjalannya waktu, ketiadaan regulasi untuk mengembangbiakan hewan akhirnya mendatangkan berbagai permasalahan. Salah satunya adalah overpopulasi. Tahukah kamu bahwa 25% hewan yang berada di dalam shelter adalah hasil dari overpopulasi ternak hewan?
Tak hanya itu saja. Proses memodifikasi genetika juga tak selamanya berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Apabila terdapat kekeliruan, maka keturunan yang lahir justru berpotensi mengalami kebutaan, tuli, atau mengidap penyakit baru.

Karena proses pengembangbiakan selalu melibatkan individu yang berkualitas baik, maka hal ini justru berpotensi membahayakan populasi spesies yang dianggap ‘tidak unggul’. Sayangnya, beberapa ras hewan kerap mendapat stigma kurang baik berdasarkan warna bulu atau faktor lainnya. Akibatnya, tidak ada peternak yang mau mengambil induknya untuk dikembangbiakan. Padahal, setiap spesies memiliki peran yang sama pentingnya terhadap kelestarian ekosistem.
Supaya hal tersebut tidak terjadi, regulasi untuk mengembangbiakan hewan perlu dilakukan secara ketat. Salah satu caranya adalah dengan melakukan sertifikasi pada tempat-tempat yang menjalankan praktik ini.
Simak juga: Bukan Sekedar Komoditi Ternak, Babi Juga Bisa Menjadi Sahabat yang Baik, Loh!
Dengan adanya sertifikasi, maka kondisi peternakan akan terpantau sepenuhnya. Mulai dari jumlah hewan, suplai logistik, kelayakan lokasi, ketersediaan tenaga medis, hingga kendaraan pengangkut apabila harus dipindahkan ke tempat lain. Harapannya, kesejahteraan hewan akan menjadi jauh lebih baik.
Sayangnya, keterbatasan anggaran dan tenaga ahli menyebabkan penerapan regulasi yang ideal tak selamanya dapat terwujud. Faktanya, banyak peternak nakal yang melanggar aturan namun tak kunjung diberi sanksi yang tegas.
Penulis: Hilaria Arum
Editor: Glen Susanto
💖
Bolu Bubu adalah startup digital media yang mempublikasikan video menginspirasi, menyentuh dan menghibur tentang hewan peliharaan untuk menciptakan perspektif positif di masyarakat akan dunia fauna.
Klik di sini untuk subscribe channel Bolu Bubu.
Jangan lupa follow dan like Bolu Bubu di social media ya!