Meski terkesan sederhana, namun penggunaan bahasa sesungguhnya memiliki kekuatan yang luar biasa dalam membentuk persepsi masyarakat. Salah satu contohnya adalah penggunaan nama hewan untuk memaki orang lain. Menyikapi hal ini, People for the Ethical Treatment of Animals (PETA) menyerukan pentingnya berpikir sebelum berbicara supaya kata-kata yang kita gunakan dalam keseharian dapat menciptakan dunia yang lebih inklusif terhadap semua makhluk, termasuk hewan.
Demi mendorong penggunaan kata-kata yang lebih bertanggung jawab, PETA juga mendesak supaya kamus (seperti Merriam-Webster, Dictionary.com, The American Heritage Dictionary, Collins English Dictionary, Oxford English Dictionary, dan WordReference.com) dapat menghapus definisi yang tidak akurat terhadap spesies hewan tertentu. Terutama hewan yang secara umum digunakan untuk memaki seseorang.
Simak juga: Kalau Bergerak Sangat Lambat, Mampukah Kungkang Melindungi Dirinya dari Serangan Predator?
Words can create a more inclusive world, or perpetuate oppression.
— PETA (@peta) January 26, 2021
Calling someone an animal as an insult reinforces the myth that humans are superior to other animals & justified in violating them.
Stand up for justice by rejecting supremacist language. pic.twitter.com/HFmMWDcc5A
Sebagai contoh, dalam kamus Bahasa Inggris Merriam-Webster, definisi lain dari kata “babi” adalah “orang yang kotor, rakus, atau menjijikkan”. Sedangkan definisi kata “ular” mencakup “orang yang tidak berharga atau berbahaya”. Selain itu, kata “anjing” juga mengandung arti “orang yang tidak berharga atau hina”.
Mengapa definisi tersebut menimbulkan permasalahan apabila tetap dibiarkan begitu saja? Hal tersebut dapat menyebabkan masyarakat mengasosiasikan spesies hewan tertentu sebagai makhluk yang bodoh, kotor, dan menjijikkan. Di samping itu, PETA juga percaya bahwa definisi yang tidak akurat akan menyulut munculnya speciesism, yaitu sebuah kepercayaan bahwa manusia adalah makhluk yang superior di antara semua jenis hewan. Apabila dibiarkan, maka stigma tersebut akan melanggengkan kasus kekerasan hewan, terutama terhadap spesies yang dianggap buruk dan tidak berharga.
Simak juga: Foto Bayi Babi ala Newborn Photoshoot: Ubah Persepsi Masyarakat tentang Hewan Ternak
Animal-related slurs used to debase humans reinforce inaccurate & harmful characterizations of animals.
— PETA (@peta) January 28, 2021
PETA is asking @MerriamWebster, @Dictionarycom, & others to help combat speciesism & reduce animal abuse by removing derogatory definitions of pigs, snakes, & dogs. pic.twitter.com/w9KXoTk0vl
Padahal, telah banyak riset yang membuktikan bahwa babi adalah hewan cerdas yang mampu menunjukkan empati terhadap sesamanya. Ular, meski terlihat ganas dan seperti tidak memiliki belas kasihan, sesungguhnya adalah makhluk yang memiliki naluri untuk menjaga keselamatan keluarganya. Sedangkan anjing, seperti yang telah banyak diketahui, memiliki kepribadian dan empati yang kompleks.
Simak juga: Apakah Hewan Ternak Memiliki Kemampuan Kognitif?
Penulis : Hilaria Arum
Editor : Glen Susanto
💖
Bolu Bubu adalah startup digital media yang mempublikasikan video menginspirasi, menyentuh dan menghibur tentang hewan peliharaan untuk menciptakan perspektif positif di masyarakat akan dunia fauna.
Klik di sini untuk subscribe channel Bolu Bubu.
Jangan lupa follow dan like Bolu Bubu di social media ya!