Selama lebih dari satu dekade, upaya pemulihan terumbu karang dilakukan sebagai respons dari kerusakan masif akibat penggunaan bahan peledak dan penangkapan ikan berlebihan. Di sisi lain, kondisi karang yang semakin membaik memunculkan pertanyaan baru di kalangan para ilmuwan: apakah dampak positif yang sama juga terjadi pada populasi makhluk laut lain yang hidup di area terumbu karang yang mulai pulih tersebut?
Dalam riset yang dipublikasikan dalam Journal of Applied Ecology, para peneliti menganalisa Proyek Restorasi Terumbu Karang Mars seluas sekitar empat hektar yang berlokasi di Pulau Badi dan Bontosua, Kepulauan Spermonde, Provinsi Sulawesi Selatan. Peneliti memilih untuk fokus pada suara karena umumnya hewan yang berkamuflase atau hewan yang hanya keluar pada malam hari akan terlewat dalam riset visual. Dengan menggunakan mikrofon bawah laut, mereka menemukan bahwa suara-suara yang terdengar ‘hidup’ itu berada dekat dengan terumbu karang yang tidak pernah rusak.
Simak juga: Serangga Langka Ini Membutuhkan Lingkungan Bersalju untuk Bertahan Hidup Akibat Dunia yang Semakin Panas
Ada banyak proyek menumbuhkan kembali terumbu karang di seluruh dunia, namun pulihnya beragam populasi hewan laut dalam kasus ini menunjukkan bahwa ini lebih dari sekadar “proyek berkebun karang.”
Dr. Tim Lamont, ahli biologi kelautan dari University of Exeter, Inggris, sekaligus penulis utama studi tersebut mengatakan kepada The Guardian, “Bekerja pada suara bawah air di terumbu karang seringkali cukup menyedihkan. Kami telah mendengarkan terumbu menjadi sunyi ketika kondisi mereka terdegradasi. Namun, restorasi ini menarik dan menginspirasi, karena perubahannya mengarah ke arah lain.”
“Selanjutnya, saat kami mendengarkan rekaman selama berjam-jam ini, kami terus menemukan suara yang belum pernah kami dengar. Beberapa terdengar cukup akrab, tetapi beberapa di antaranya seperti, ‘Saya tidak tahu apa ini’. Itu terasa seperti petualangan dan penemuan yang nyata,” ungkapnya.
Simak juga: Seekor Gorila Besar yang Ramah Menemukan Teman Baru Bertubuh Paling Kecil di Suaka
Prof Steve Simpson dari University of Bristol yang juga bagian dari tim riset mengatakan: “Beberapa suara yang kami rekam benar-benar aneh. Kami masih harus banyak belajar tentang apa artinya semua ini dan hewan-hewan yang membuat suara itu. Tapi untuk saat ini, sungguh menakjubkan bisa mendengar ekosistem hidup kembali.”
Suara sangat penting untuk kelangsungan hidup terumbu karang, karena hampir semua penghuninya, mulai dari karang, krustasea, hingga ikan, menghasilkan keturunan yang sebagian besar awal hidup mereka dihabiskan di lautan terbuka, sebelum menggunakan suara dan isyarat lain sebagai mercusuar untuk pulang.
Para peneliti membandingkan tiga wilayah: area yang telah menjalani pemulihan selama satu hingga tiga tahun, area yang masih terdegradasi, dan area yang tidak pernah rusak. Mereka menemukan sebagian besar suara yang direkam setidaknya 50% lebih sering terjadi di habitat yang sehat dan dipulihkan. Ukuran kompleksitas suara yang dihasilkan komputer juga menunjukkan bahwa terumbu yang menjalani masa pemulihan serupa dengan area yang tidak rusak, menunjukkan ekosistem yang sehat dan berfungsi.
“Kami terkejut melihat pemulihan terumbu karang secara holistik dalam waktu yang begitu singkat,” ujar Dr. Lamont. Ia juga menambahkan bahwa pemulihan total akan memakan waktu lebih lama guna memungkinkan karang yang tumbuh lambat dan langka untuk dapat kembali pulih.
New on the blog: Reefs don’t just look better after restoration – they also sound healthier.
— JAppliedEcology (@JAppliedEcology) December 9, 2021
Whoops, croaks, growls, raspberries and foghorns are among the sounds that demonstrate the success of a #coralreef restoration project @TimACLamont @_ExeBen_
👉https://t.co/Xf7zTb7alr pic.twitter.com/ZsFd6SBOig
Di sisi lain, proyek pemulihan terumbu karang yang kini tengah berlangsung harus memperhatikan aspek lain yang lebih luas. “Studi kami menunjukkan bahwa restorasi ini benar-benar dapat berhasil, tetapi itu hanya bagian dari solusi yang juga harus mencakup tindakan cepat terhadap perubahan iklim dan ancaman lain terhadap terumbu karang di seluruh dunia,” ungkap Dr. Lamont, dilansir dari BBC.
Ketika diminta untuk menggambarkan suara hasil rekaman itu, Dr. Lamont mengatakan suara di balik karang adalah gertakan udang. “Kedengarannya seperti suara statis di radio atau daging panggang. Melalui suara itu, Anda kadang-kadang akan mendengar sedikit bunyi bergetar, teriakan, atau suara parau.”
Spesies yang bertanggung jawab atas banyak suara yang tidak biasa ini masih menjadi misteri. Namun, Dr. Lamont mendeskripsikan ragam suara yang dihasilkan ikan sama seperti keanekaragaman kicau burung.
“Dalam beberapa kasus, kami dapat membuat tebakan ilmiah tentang hewan apa yang membuat suara, dan dalam kasus lain kami tidak tahu,” katanya dalam segmen Inside Science dari BBC Radio 4. “Bagi saya, itu adalah bagian dari kegembiraan di seluruh bidang ini – kegembiraan mengetahui bahwa Anda mungkin mendengar sesuatu yang belum pernah didengar orang lain sebelumnya.”
Penulis : Hilaria Arum
Editor : Bolu Bubu
💖
Bolu Bubu adalah startup digital media yang mempublikasikan video menginspirasi, menyentuh dan menghibur tentang hewan peliharaan untuk menciptakan perspektif positif di masyarakat akan dunia fauna.
Klik di sini untuk subscribe channel Bolu Bubu.
Jangan lupa follow dan like Bolu Bubu di social media ya!