SERIES: Perubahan Iklim
Terdapat berbagai metode bagi tanaman untuk memastikan bahwa benih mereka dapat tersebar jauh dari tanaman induk. Beberapa di antaranya menghasilkan benih yang dapat terbawa angin. Ada pula yang memiliki buah yang dapat ‘meledak’ untuk kemudian biji-bijinyanya tersebar ke tempat yang jauh. Namun, ada pula yang bergantung pada satwa liar.
Ketika hewan memakan buah dari tumbuhan, mereka akan mengeluarkan kotoran atau menjatuhkan bijinya di tempat lain. Lebih dari setengah dari semua tanaman memanfaatkan strategi ini untuk menyebarkan benih mereka, bahkan mencapai 90% spesies pohon di hutan hujan tropis.
Namun, pemanasan global dan hilangnya habitat mendorong burung dan mamalia untuk bermigrasi ke daerah yang lebih dingin, sebuah perubahan pola yang tidak serta-merta dapat diikuti oleh tanaman. Di sisi lain, krisis iklim juga mendorong kepunahan bagi banyak pula satwa liar yang selama ini berperan sebagai penyebar benih. Dilansir dari The Guardian, para ilmuwan khawatir kondisi ini dapat mendorong kepunahan banyak tanaman secara permanen.
Para peneliti menemukan bahwa kapasitas tanaman untuk beradaptasi dengan perubahan iklim telah menurun hingga 60% secara global. Dampaknya, hal ini dapat menyebabkan hilangnya beberapa spesies secara permanen di masa mendatang. “Tujuan dari proyek ini adalah untuk memahami apa yang hilang ketika kita memindahkan spesies dari ekosistemnya dan peran yang dimainkan spesies tersebut apabila mereka menghilang,” ungkap Dr. Evan C Fricke, ahli ekologi dari Rice University, Texas, sekaligus penulis utama dalam riset yang dipublikasikan dalam jurnal Science.
“Sebagai contoh, burung dan mamalia terkena dampak buruk dari hilangnya habitat dan eksploitasi langsung, tetapi mereka memainkan peran penting sebagai penyebar benih. Kami ingin memahami apa arti penurunan jumlah burung dan mamalia bagi kemampuan tanaman untuk mengimbangi perubahan iklim.”
Studi ini menunjukkan bahwa penurunan keanekaragaman hayati dalam skala global, berisiko membuat hutan dan tanaman tidak mampu bertahan dalam perubahan iklim. “Perubahan iklim dan penurunan global keanekaragaman hayati burung dan mamalia memiliki kaitan yang erat,” ujar Fricke. “Pertama, penyebar benih membantu kemampuan tanaman untuk melacak perubahan iklim. Tetapi proses itu cukup terganggu, sedemikian rupa sehingga spesies tanaman tidak dapat lagi bertahan dalam kondisi perubahan iklim.”
Simak juga: Ilmuwan Swedia Berhasil Mengidentifikasi Serangga Melalui DNA dari Udara: Terobosan Besar Bagi Ahli Ekologi
Di sisi lain, para ilmuwan juga menggali mengenai seberapa penting penyebaran benih bagi kelangsungan hidup tanaman.
“Tanaman, menurut definisi, tetap di suatu tempat tanpa bergerak atau dipindahkan. Jadi, mereka selalu mengandalkan hewan untuk transportasi benih dan serbuk sari,” ungkap Prof. Carlos Peres dari University of East Anglia, yang tidak terlibat dalam penelitian ini. “Namun, manusia telah secara sistematis mendorong penyebar benih bertubuh besar pada kepunahan, dan manusia terus menghancurkan populasi mereka hingga hari ini, terutama di daerah tropis.”
“Studi ini menunjukkan bahwa fungsi penyebaran benih yang mendasar ini telah menyusut secara drastis sejak manusia menaklukkan semua pulau dan benua, membuat tanaman memiliki sedikit ketahanan adaptif terhadap kerusakan akibat perubahan iklim saat ini.”
Solusi yang ditawarkan dalam laporan tersebut adalah memberi lebih banyak ruang untuk habitat yang berguna bagi tumbuhan dan keanekaragaman hayati supaya tanaman dapat pulih kembali.
Simak juga: Bagaimana Motif Belang-belang di Tubuh Harimau Membantu Mereka Bertahan Hidup?
Penulis : Hilaria Arum
Editor : Bolu Bubu
💖
Bolu Bubu adalah startup digital media yang mempublikasikan video menginspirasi, menyentuh dan menghibur tentang hewan peliharaan untuk menciptakan perspektif positif di masyarakat akan dunia fauna.
Klik di sini untuk subscribe channel Bolu Bubu.
Jangan lupa follow dan like Bolu Bubu di social media ya!