Pernah menyaksikan atraksi paus dan lumba-lumba di SeaWorld?
Senang rasanya bisa melihat mereka beratraksi menghibur kita sebagai pengunjung. Dengan gayanya yang lucu, tak jarang mereka berlenggak-lenggok berenang sambil berinteraksi langsung dengan pengunjung. Sungguh atraksi yang menyenangkan. Tapi apa kamu tahu perasaan mereka sebenarnya dibalik akuarium super besar itu?
Baca juga: Benarkah Predator Liar Membantu Menjaga Keseimbangan Alam?
Sungguh ternyata itu menyakitkan buat mereka. Lumba-lumba dan paus adalah mamalia besar yang seharusnya berada di laut lepas, menjelajah samudera dan menikmati keseruan berinteraksi dengan hewan laut lainnya.
Peneliti bahkan mencatat lumba-lumba bisa berenang hingga 128 km per harinya di samudera luas. Bahkan paus bisa berenang ke dasar lautan hingga lebih dari 1,500 meter. Sungguh ironis karena tidak sebanding dengan luasnya akuarium.
Ketika berada di dalam akuarium, paus dan lumba-lumba menunjukkan banyak tanda-tanda ketidakbahagiaan. Apa saja?
1. Sirip dorsalnya tidak berdiri tegak
Jika bisa melihat dan membandingkan sirip paus yang ada di laut dengan yang ada di akuarium, kamu pasti bisa mengetahui perbedaan nyata antara keduanya. Yang paling terlihat, kondisi sirip dorsal pada bagian punggung paus.
Sirip dorsal yang bengkok didapat paus yang ada di akuarium karena sejumlah hal, seperti cedera, kelainan genetik dan gaya gravitasi. Hal tersebut nyaris tidak terlihat ketika paus berenang di lautan.
2. Jauh lebih agresif
Jika dibandingkan dengan temannya yang ada di laut, paus dan lumba-lumba yang berada di akuarium jauh lebih mudah mengalami stres, yang akhirnya membuat mereka menjadi lebih agresif. Kenapa?

Peneliti menilai, akuarium yang tidak cukup besar menjadi salah satu alasan munculnya kondisi ini. Terbatasnya ruang berenang menyebabkan paus dan lumba-lumba kesulitan untuk mengelola emosi mereka. Coba bayangkan, dua orang yang sedang bertengkar dipaksa bersamaan dalam satu ruangan. Rasanya hanya akan menambah pertengkaran dan memicu emosi. Seperti itulah yang dirasakan paus dan lumba-lumba dalam akuarium.
3. “Gila” karena bosan
Seperti halnya orang-orang yang terkungkung, paus dan lumba-lumba juga menunjukkan sikap bosan dan stres berada di akuarium yang terasa seperti penjara saja bagi mereka.
Malahan, peneliti menemukan indikasi dua mamalia laut besar tersebut memiliki sikap psychotic (gila), gejala sama dengan yang ditunjukkan oleh orang-orang yang dipenjara.
Jika kamu melihat mereka berenang berputar tidak tentu arah atau sekadar diam di dasar/permukaan air dalam waktu yang lama, itu adalah salah satu tanda-tanda mereka “gila” karena bosan.
Hal tidak biasa lain yang mereka tunjukkan adalah bermain dengan muntahan mereka sendiri. Bisa dibayangkan, betapa frustasinya mereka! Padahal paus dan lumba-lumba adalah hewan yang cerdas dan tentunya hanya berkeinginan untuk bisa bermain dengan kawan-kawannya di lautan bebas.
4. Menyakiti diri sendiri
Karena tingkat stres yang tinggi, paus dan lumba-lumba memiliki kecenderungan menyakiti diri sendiri. Tidak jarang mereka terlihat membenturkan diri ke dinding akuarium, atau bahkan melompat keluar dari air.

Baca juga: Memberantas Nyamuk Tanpa Membasmi Mereka? Gimana Caranya?!
Penelitian yang dilakukan Robert Small dan Douglas Demaster pada 1995, yang dipublikasikan dalam “Survival of Five Species of Captive Marine Mammals”, menemukan bahwa tingkat kematian lumba-lumba yang ditangkap 2,5 kali lebih besar dibanding mereka yang hidup di alam bebas.
Bahkan, data menunjukkan paus yang hidup di samudera luas bisa hidup 80 hingga 90 tahun, sementara yang ada di akuarium maksimal hidup hanya sampai 40 tahun. Ironis sekali.
5. Kecanduan obat-obatan
Paus dan lumba-lumba juga bisa berketergantungan pada obat, Obat penenang kerap digunakan untuk menenangkan mamalia laut ini apabila mereka menunjukkan sikap yang tidak biasa dan cenderung berbahaya.
Obat-obatan lain juga harus digunakan untuk mengatasi penyakit mereka.
Penyakit yang didapatkan dari buruknya kondisi air berkaporit yang berbahaya bagi kesehatan mereka. Hal tersebut tidak hanya membuat penghuni akuarium stres, tapi juga membuat mereka hidup kesakitan setiap saatnya.
Melihat semua tanda-tanda di atas, kamu bisa melakukan banyak hal untuk bisa mengakhiri penyiksaan terhadap paus dan lumba-lumba.
Tidak mengunjungi wahana wisata yang mengeksploitasi mamalia laut seperti SeaWorld dan sebagainya bisa menjadi langkah nyata yang tepat untuk dilakukan.
Memang atraksi paus dan lumba-lumba merupakan kegiatan edukatif yang bagus untuk anak-anak, tetapi alangkah lebih baik jika kesehatan dan kebutuhan alami mereka diperhatikan. Caranya adalah dengan merencanakan pembebasan mereka ke habitat aslinya setelah masa “bekerja” mereka selesai. Tentunya, masa “bekerja” tersebut pun tidak boleh melampaui batas waktu yang dapat ditoleransi oleh paus dan lumba-lumba. Pastinya juga pembebasan tersebut direalisasikan sebelum mereka menunjukan gejala-gejala gangguan psikologis dan fisik seperti atas.
Mengeluarkan mereka dari akuarium super besar dan mengembalikan ke habitat aslinya pasti membuat mereka senang. Jika kamu tertarik belajar dan melihat langsung lumba-lumba di habitatnya, ada banyak tempat di Indonesia untuk didatangi, seperti Pantai Lovina di Bali atau di Karimunjawa.
Kamu juga bisa membantu dengan menyebarkan pesan ini kepada teman, saudara dan keluarga kamu sehingga mereka tahu apa yang terjadi pada paus dan lumba-lumba di akuarium. Bantuan kamu sangat dibutuhkan oleh mereka.
Penulis : Muhammad Yanuar Firdaus
Editor : Bolu Bubu
Video Editor: Gerry Intan Darajati
💖
Bolu Bubu adalah startup digital media yang mempublikasikan video menginspirasi, menyentuh dan menghibur tentang hewan peliharaan untuk menciptakan perspektif positif di masyarakat akan dunia fauna.
Klik di sini untuk subscribe channel Bolu Bubu.
Jangan lupa follow dan like Bolu Bubu di social media ya!