Bayangkan, ada jutaan hewan di seluruh dunia yang dikurung di dalam ruangan sempit untuk dijadikan subjek penelitian di laboratorium. Mereka dipaksa untuk menghirup gas dan menelan sesuatu yang mungkin saja beracun untuk mereka. Meskipun terdengar menyedihkan, faktanya prosedur animal testing masih bertahan hingga saat ini.
Animal testing dianggap sebagai solusi untuk menguji kelayakan obat dan kosmetik sebelum dikonsumsi manusia. Beberapa jenis hewan, seperti monyet, tikus, babi, anjing dan kelinci, dianggap memiliki struktur genetika dan organ tubuh yang mirip dengan manusia. Sehingga, peneliti percaya bahwa memperkirakan efektivitas dan efek samping suatu zat kimia pada manusia dapat dilakukan dengan cara menguji coba pada spesies-spesies hewan tersebut. Apabila menggunakan manusia secara langsung sebagai subjek penelitian, tentu akan dianggap tidak manusiawi. Selain itu, banyak perusahaan kosmetik dan obat-obatan yang ingin menghindari konsekuensi hukum jika produk yang mereka uji ternyata mematikan.
Daftar perusahaan yang masih melakukan animal testing pada produk kosmetiknya bisa dibaca di sini.

Simak juga: Jangan Diabaikan, Hewan Juga Punya Perasaan
Seiring berjalannya waktu, animal testing tidak lagi relevan untuk diterapkan. Selain karena prosedurnya yang sangat menyakitkan bagi hewan, hasilnya pun tidak 100% akurat.
Hewan dan manusia memiliki struktur tubuh, organ, dan genetika yang berbeda. Bahkan ada zat tertentu yang memiliki efek mematikan bagi hewan, namun ternyata aman untuk manusia. Begitu pula sebaliknya.
Dengan hasil yang tak sepenuhnya bisa dipertanggungjawabkan, proses ini juga telah mengorbankan kesehatan dan kesejahteraan begitu banyak hewan. Setiap tahunnya, sekitar 50 hingga 100 juta hewan harus menderita akibat prosedur animal testing yang menyiksa hewan.
Sebenarnya, bagaimana proses animal testing ini dijalankan?

Simak juga: Ternyata, Sweater Wool yang Kamu Pakai Berasal dari Domba yang Dieksploitasi. Yakin Masih Mau Pakai?
Ada bermacam-macam prosedur animal testing. Mulai dari yang tergolong ringan seperti memoles kulit hewan dengan lotion dan bubuk-bubuk yang akan digunakan dalam produk eye make up. Lalu menyuntikkan cairan pada tubuh hewan, hingga yang berat seperti transplantasi organ. Ada juga metode khusus yang diterapkan untuk mengembangbiakan hewan dengan struktur DNA yang telah dimodifikasi sebelumnya.
Secara umum, ada empat macam eksperimen yang melibatkan hewan.
Pertama
Draize test yang fungsinya untuk menguji cairan kimia. Caranya dengan meneteskannya langsung ke mata binatang. Kelinci adalah hewan paling umum yang digunakan untuk prosedur ini. Mereka tak diberi pengurang rasa sakit apapun sebelumnya. Supaya tidak terus meronta-ronta, kepalanya harus ditahan hingga tak bisa bergerak. Setelah stabil, barulah cairan akan diberikan secara paksa.
Kedua
Eksperimen menggunakan kulit. Caranya dengan meneteskan zat yang diuji coba secara langsung ke kulit tanpa diberi anestesi (obat bius). Dalam beberapa kasus bahkan bulu hewan tersebut dicukur terlebih dahulu supaya zat tersebut langsung meresap ke kulit tanpa terhalang bulu.
Ketiga
Pengujian zat melalui mulut. Hewan akan dipaksa untuk menelan sesuatu, walaupun mereka tentunya berontak sekuat tenaga untuk menolaknya.
Keempat
Uji coba obat yang digunakan untuk memperkirakan seberapa besar potensi dan resikonya dalam membunuh penggunanya.
Semua metode yang dilibatkan dalam animal testing sangatlah menyakiti hewan. Bahkan beberapa diantaranya menimbulkan kecacatan yang sulit atau tidak bisa disembuhkan. Contohnya, hewan korban penelitian yang akhirnya menjadi terkena kanker, kerusakan organ vital, dan kematian.
Dengan kemajuan teknologi yang begitu pesat, ada banyak metode yang jauh lebih aman tanpa menimbulkan rasa sakit bgi makhluk hidup apapun. Tak terkecuali hewan.
Salah satu metode yang kini banyak diterapkan adalah pengambilan sel dan jaringan manusia. Di dalam laboratorium, sel tersebut diberi perlakuan medis untuk bahan uji coba. Bisa juga dengan membuat model rekayasa menggunakan komputer untuk membuat perkiraan efek yang akurat. Selain itu, perusahaan farmasi dan kosmetik juga dapat memilih untuk konsisten menggunakan bahan-bahan yang jelas aman untuk manusia.
Simak juga: Katanya Sahabat Manusia, Tetapi Kenapa Fenomena Anjing Dirantai Masih Terjadi?
Meski metode alternatif tersebut semakin banyak digunakan, bukan berarti praktik animal testing menjadi seketika berkurang. Selama masyarakat belum menolak membeli dan mempromosikan produk-produk tersebut. Maka animal testing tidak akan menjadi beban moral yang cukup serius untuk dapat mengubah praktik bisnis perusahaan besar.
Selain tidak menggunakan produk hasil animal testing, apalagi yang dapat kita lakukan?
- Kamu bisa bergabung dalam gerakan advokasi hak-hak hewan yang menjadi korban kekejaman praktik animal testing.
- Hanya membeli produk yang pada kemasannya tercantum simbol cruelty-free juga merupakan langkah konkrit yang dapat kamu lakukan. Pilih produk yang memiliki salah satu di antara ketiga simbol terpercaya di bawah ini. Ketiganya merujuk pada kualifikasi yang dikeluarkan oleh organisasi-organisasi pejuang hak-hak hewan.

- Selain cruelty-free (bebas dari kekerasan hewan), kita juga bisa memilih produk dengan label sertifikat “vegan”. Sebuah produk dinilai vegan jika tidak mengandung organ tubuh hewan atau tidak melibatkan proses yang merugikan kehidupan hewan.

- Kita juga bisa memberikan petisi kepada pemerintah untuk mendesak penegakan hukum terhadap pelaku-pelaku praktik riset kejam ini.
Tidak ada tindakan eksploitasi dan penyiksaan hewan yang dapat dibenarkan. Karena semua makhluk hidup, termasuk segala jenis hewan, memiliki hak hidup yang harus dihormati.
Penulis: Hilaria Arum
Editor: Bolu Bubu
💖
Bolu Bubu adalah startup digital media yang mempublikasikan video menginspirasi, menyentuh dan menghibur tentang hewan peliharaan untuk menciptakan perspektif positif di masyarakat akan dunia fauna.
Klik di sini untuk subscribe channel Bolu Bubu.
Jangan lupa follow dan like Bolu Bubu di social media ya!